Strategi Parenting untuk Anak Usia Remaja

Masa remaja (10–19 tahun) adalah fase transisi yang penuh tantangan. Perubahan biologis, psikologis, dan sosial membuat remaja rentan terhadap tekanan, tetapi juga membuka peluang besar untuk perkembangan positif. Bagaimana orang tua dapat mendampingi mereka dengan strategi parenting yang efektif? Artikel ini merangkum panduan dari organisasi internasional seperti WHO dan UNICEF, serta pemikiran ahli seperti Jean Twenge, dilengkapi dengan refleksi praktis untuk orang tua dan referensi akademis bagi praktisi pendidikan.


Mengapa Parenting Remaja Sangat Penting?

Menurut UNICEF, hubungan orang tua-anak yang positif selama masa remaja dapat memperkuat hasil perkembangan, mengurangi dampak faktor eksternal negatif, dan bahkan memengaruhi generasi berikutnya. Parenting yang efektif bukan hanya soal menghindari masalah, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental, keterampilan sosial, dan kemandirian anak. [unicef.org]

WHO menekankan bahwa intervensi parenting yang berbasis bukti mampu mencegah kekerasan, meningkatkan hubungan emosional, dan mengurangi risiko gangguan perilaku. Pendekatan ini harus adaptif terhadap usia dan kebutuhan perkembangan remaja.


Prinsip Dasar Parenting Remaja

  1. Komunikasi Terbuka dan Empatik
    Studi terbaru menunjukkan bahwa komunikasi yang jujur dan tidak menghakimi adalah fondasi hubungan sehat. Orang tua perlu mendengarkan tanpa interupsi, memvalidasi emosi anak, dan menghindari respons reaktif.
  2. Hormati Privasi, Beri Kepercayaan
    Remaja membutuhkan ruang untuk eksplorasi identitas. Menghormati privasi bukan berarti lepas kontrol, tetapi membangun kepercayaan melalui keterbukaan dan aturan yang disepakati bersama.
  3. Tetapkan Aturan yang Konsisten dan Libatkan Anak
    Laurence Steinberg menekankan pentingnya struktur yang jelas. Aturan harus masuk akal dan dijelaskan alasannya, misalnya jam malam untuk keamanan, bukan sekadar kontrol. Libatkan anak dalam proses agar mereka merasa dihargai.
  4. Berikan Ruang untuk Kemandirian
    Steinberg menyebut masa remaja sebagai “jendela kesempatan” karena otak sangat plastis. Memberi kesempatan mengambil keputusan kecil melatih tanggung jawab dan kontrol diri.
  5. Menjadi Teladan
    Anak lebih banyak meniru perilaku daripada mendengar nasihat. Jika ingin anak disiplin, orang tua harus menunjukkan konsistensi dalam tindakan.

Tantangan Era Digital: Perspektif Jean Twenge

Jean Twenge, melalui bukunya 10 Rules for Raising Kids in a High-Tech World (2025), mengingatkan bahwa teknologi adalah faktor dominan dalam kehidupan remaja. Beberapa rekomendasinya:

  • Larangan perangkat di kamar tidur saat malam: Ini adalah aturan nomor satu untuk menjaga kualitas tidur dan kesehatan mental.
  • Tunda akses media sosial hingga usia 16 tahun: Penggunaan dini berkorelasi dengan meningkatnya risiko depresi dan kecemasan.
  • Perlakukan ponsel sebagai hak istimewa, bukan hak dasar: Ajarkan bahwa teknologi harus digunakan dengan tanggung jawab.

Twenge juga menekankan pentingnya percakapan berulang tentang dampak teknologi, bukan sekadar aturan keras. Orang tua perlu menjadi model penggunaan sehat, misalnya tidak bermain ponsel saat makan bersama.


Strategi Berbasis Bukti dari WHO dan UNICEF

  • Pendekatan Positif dan Non-Kekerasan: WHO merekomendasikan intervensi yang mengurangi pola asuh keras dan meningkatkan hubungan emosional.
  • Program Parenting Terstruktur: UNICEF mendorong program berbasis komunitas yang melatih keterampilan komunikasi, pengelolaan stres, dan pemahaman perkembangan remaja.
  • Fokus pada Kesehatan Mental: Riset 2025 menunjukkan bahwa hubungan hangat dengan keluarga adalah faktor protektif terhadap depresi dan risiko bunuh diri.

Contoh Kasus: Menghadapi “Pemberontakan” Remaja

Bayangkan seorang anak 15 tahun yang menolak aturan jam malam. Alih-alih memarahi, orang tua bisa berkata:

“Aku khawatir saat kamu belum pulang. Bisa ceritakan apa yang terjadi?”
Pendekatan ini memvalidasi emosi, membuka ruang diskusi, dan menghindari konflik yang merusak kepercayaan. [raizing.id]


Refleksi untuk Orang Tua 

Mendidik remaja bukan sekadar menghindari masalah, tetapi membangun fondasi karakter dan kesehatan mental. Strategi parenting harus adaptif terhadap perubahan zaman, termasuk tantangan digital. Praktisi pendidikan dapat berperan dengan memberikan edukasi kepada orang tua, mengintegrasikan literasi digital, dan menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung keterbukaan komunikasi.


Referensi Utama

  • WHO. Guidelines on Parenting Interventions to Prevent Maltreatment and Enhance Parent–Child Relationships (2023).
  • UNICEF. Parenting of Adolescents Programming Guidance (2021).
  • Twenge, J. (2025). 10 Rules for Raising Kids in a High-Tech World.
  • Steinberg, L. (2014). Age of Opportunity: Lessons from the New Science of Adolescence.
  • Steinberg, L. (2023). Adolescence (13th ed.).
  • Frontiers in Psychology. New Directions and Trends in Parenting Research (2024).
  • Center for the Developing Adolescent. Research Roundup (2025).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *